Rabu, 09 Maret 2011

Controlling Perspektif Al-Qur'an


Pada dasarnya alam semesta dan segala isinya dimanfaatkan untuk manusia. Manusia ini merupakan makhluk sentral yang unik dan karena keunikannya mengurus manusia ini merupakan pekerjaan yang paling sulit dibanding dengan mengurus makhluk lain sehingga memerlukan ilmu tersendiri yang disebut ilmu manajemen atau lebih khusus disebut Human Resources management, yang merupakan ilmu untuk mengurus manusia.
Setiap organisasi memiliki aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Manajemen dalam organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controling dalam penggunaan sumber daya organisasi. Oleh karena itu aplikasi manajemen organisai hakikatnya adalah amal perbuatan sumber daya manusia organisasi yang bersangkutan.
Berkenaan dengan hal itu, Islam telah menggariskan bahwa amal perbuatan manusia harus berorientasi bagi pencapaian ridha Allah SWT. Untuk mencapai ridha Allah tersebut harus berdasarkan niat yang ikhlas dan cara/usaha yang sesuai dengan hukum syariat Islam.
Dengan demikian, keberadaan manajemen organisasi harus dipandang pula sebagai suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi. Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berfikir dan kaiadah amal dalam seluruh kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya yang menjadi niali utama organisasi.
Salah satu fungsi manajemen adalah controlling yang merupakan unsur penting dalam sebuah organisasi, controlling berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya. Pengawasan sebagai upaya agar setiap kegiatan berjalan sesuia dengan yang diharapkan dan yang lebih penting tidak terjadi penyimpangan terhadap perencanaan yang telah ditetapkan.
Untuk dapat melaksanakan pengawasan dengan baik maka konsep perencanaan harus ada dan jelas. Tanpa perencanaan sukar diketahui adanya penyimpangan dan tanpa pengetahuan terhadap penyimpangan naka fungsi kontrol akan sangat kabur.

Manajemen Menurut Al-Qur’an
1.  Pengertian Manajemen dalam Al-Qur’an
Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa Inggris management yang berarti pimpinan, direksi dan pengurus, yang diambil dari kata kerja to manage yang berarti mengemudikan, mengurus dan memerintah.1 Selain dari bahasa Inggris kata manajemen juga diambil dari bahasa Latin managiere berarti melakukan, melaksanakan, mengurus sesuatu.2 Dalam bahasa Arab disebut Idarah dari asal kata أدر- يدير- إدارة berarti kantor.3
Secara epistemologi manajemen sebagai proses prencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.4
Lauren A. Aply mengemukakan manajemen sebagai ”the art of getting think done thought people” yaitu keahlian untuk menggerakkan orang melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai hasil tertentu melalui orang lain.
Menurut Terry sebagaimana dikutip Tanthowi manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling dengan menggunakan seni dan ilmu pengetahuan untuk setiap fungsi itu dan merupakan petunjuk dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.5
ان الإدرة التنفيذية تتعلق بتنفيذ السياسة ضمن الحدود التى ضمتها الإدرة العلياء باستخدام التنظيم للوصول الى الغرض
Manajemen adalah fungsi dalam industri yang berhubungann dengan kebijaksanaan, di dalam bats-batas yang ditentukan oleh administrasi dan penggunaan dari organisasi untuk hal-hal yang istimewa yang disiapkan sebelumnya.6
Dalam kitab al-Idarah at-Ta’limiyyah Ushuliha wa Tatbighatiha dijelaskan bahwa:
تعرف الإدرة بصفة عامة بأنها القدرة على الانجاز. وهي بهذا تعنى استخدام الامكنات المتاحة من اجل تحقيق انجازمعين. يخدم اهدافا معينة. ويمكن تعريفها ايضا من خلال الوظائف والفعاليات والانشطة التى تقوم بها من تخطيط وتنظيم وتوجيه وتمويل وتنفيد ورقابة ومتابعة

Dari pengerian diatas dikatakan bahwa pengertian manajemen secara umum adalah kemampuan untuk berprestasi, dengan menggunakan potensi untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai prestasi tertentu. Atau manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pembiayaan, pengawasan dan follow-up.7
Manajemen diartikan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu untuk megembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosio-ekonomi-teknis; dimana sistem adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan secara organik; dinamis berarti bergerak, berkembang kearah suatu tujuan; sosio berarti yang bergerak dan yang menggerakkan sistem yaitu manusia; ekonomi berarti kegiatan dalam sistem bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis berarti dalam kegiatan tersebut dipakai alat atau cara-cara tertentu.8
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebagian daripada aktivitas tertentu atau proses tertentu untuk mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Al-Quran adalah petunjuk yang benar bagi setiap kegiatan manusia, apakah itu antara manusia dengan Tuhannya, hablullah (vertikal) maupun dnegan sesama manusia, hablum minannas (horizontal)dan segala hubungan dengan makhluk lainnya. Kitab suci ini menyebutkan, bahwa manusia itu memang sudah fitrahnya atau sudah kodratnya dijadikan oleh Allah berbangssa-bangsa dan bersuku-suku, berkelompok untuk saling berbuat baik sesamanya (Q.S. al-Hujarat: 11)
Istilah Idarah atau management, Al-Qur’an telah memberikan stimulasi di dalam firman Allah surat Al-Baqaraah. Ayat 282:
....... ولا تسئموا ان تكتبوه صغيرا أوكبيرا إلى أجله ذلكم أقسط عند الله واقوم للشهدة وأدنى ألا ترتبوا إلا أن تكون تجرة حاضرة تديرونها بينكم فليس عليكم جناح ألا تكتبوها..... (البقرة: 282  )

Di dalaam ayat tersebut disebutkan lafazd تديرونها بينكم ”yang kamu jalankan diantara kamu”. Asal katanya adalah idaarah أدار – أدارة  yang artinya manajemen atau administrasi. إدارة adalah isim mashdar dari أدار. Jadi إدارة atau management, suatu keadaan timbal balik, berusaha supaya menetapi peraturan yang ada.
Ayat diatas menerangkan persoalan yang berhubungan dengan urusan sesama manusia, terutama dalam persoalan jual beli, transaksi atau persoalan kesekretariatan. Maka tidaklah heran apabila asal penemuan ilmu manajemen itu dari persoalan-persoalan yang berhubungan degan usaha bisnis, yang kemudian berkembang manjadi ilmu dalam mencapai tujuan. Seperti kelompok negara, organisasi, syarikat-syarikat maupun pemerintahan.
Idaarah dalam pengertian umum adalah, segala usaha tindakan dan kegiatan manusia, yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian segala sesuatu secara tepat  guna. Jadi, dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial merupakan hasil kupasan yang diilhami oleh kitab suci al-Qur’an.
2.  Asas-Asas Manajemen Menurut Al-Qur’an
Dalam Islam musyawarah menjadi asas dalam setiap pengambilan keputusan. Dasar musyawarah merupakan wahyu Allah yang diberikan kepada Nabi-Nya selanjutnya untuk diikuti oleh umatnya. Rasulullah sudah menjalankan asas musyawarah saat Beliau menjadi khalifah. Beliau selalu mengajak sahabat-sahabatnya dalam menentukan sikap, baik dalam urusan politik maupun urusan keduniaan lainnya.
Firman Allah dalam surat as-Syu’ara ayat 38
والذين استجابوا لربهم وأقامواالصلوة وأمرهم شورى بينم ..................(الشورى:38)
Artinya: Dan orang-orang yang mematuhi, menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka (Q.S. as-Syu’ara: 38)

Begitu tegasnya tekanan al-Qur’an terhadap prinsip musyawarah, agar setiap anggota betul-betul diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya dan menetapkan segala sesuatunya atau keputusan. Prinsip al-Qur’an dalam menentukan tugas kepemimpinan adalah berbentuk demokrasi dengan keadilan yang merata dan tanpa mengurangi hak-hak yang lain.
Dalam hal asas-asas ini al-Qur’an memberikan dasar sebagai berikut:9
1. Beriman
Sebagaimana diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 28
لا يتخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون المؤمنين ومن يفغل ذالك فليس منالله فى شيئ.......
(ال عمران: 28)
Artinya: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pimpinan) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah .......(Q.S. Ali Imran: 28)

2. Bertaqwa
Sebagaimana diterangkan dalam surat an-Naba’ ayat 31

إن للمتقين مفازا (النباء:31)

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, mendapat keuntungan (Q.S. an-Naba’: 31)

3. Musyawarah
Sebagaimana diterangkan dalam surat as-Syu’ara 38 dan surat Ali Imran ayat 159

وأمرهم شورى بينهم – وشاورهم فى الأمر
Artinya:  … Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka (Q.S. as-Syu’ara: 38)

… Dan musyawarah dengan mereka dalam urusan itu (Q.S. Ali Imran: 159)
3.  Sifat-Sifat Manajemen Menurut Al-Qur’an
Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin termasuk para ulama’ maupun umara’ untuk melaksanakan tugas agar dapat berjalan dengan baik. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut: 1). Memiliki kondisi yang sehat; 2). Berpengetahuan luas; 3). Mempunyai keyakinan; 4). Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas pada tujuan yang hendak dicapai; 5). Memiliki stamina, daya kerja dan antusias; 6). Gemar dan cepat mengmbil keputusan; 7). Obyektif; 8). Adil dalam memperlakukan bawahan; 9). Mengusai teknik komunikasi; 10). Dapat dan mampu menjadi penasehat; 11). Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi; 12). Mengusai prinsip human relation.10
Konsepsi al-Qur’an tentang bagaimana hakikat sifat yang wajib dimiliki setiap pemimpin, telah disebutkan diatas. Sebenarnya semua sifat-sifat itu merupakan suatu ketentuan yang tekah diambil dari al-Qur’an. Adapun ayat-ayat yang menyebutkan bagaimana sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut:11
1. Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap. Hal ini disebutkan dalam surat al-Mujadalah ayat 11.

ياأيها الذين أمنوا إذ قيل لكم تفسحوا فى المجالس فافسحوا يفسح الله لكم وإذ قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين أمنوا منكم والذين أوتواالعلم درجات والله بما تعملون خبير (المجادلة: 11)

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S.al-Mudalah:11)
2. Bertindak adil, jujur dan konsekuen, diterangkan dalam surat an-Nisa’ ayat 58

إن الله يأمركم أن تؤدواالأمانات إلى أهلها وإذ حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل (النساء: 58)
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (Q.S. an-Nisa’:58)
 
3.  Bertanggung jawab, disebutkan dalam surat al-An’am ayat 164

...... ولا تكسب كل نفس إلا عليها ولاتزر وازرة وزر أخرى .......... (الأنعام: 164)

Artinya: ...... dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. al-An’am: 164)

4.  Selektif terhadap informasi, diterangkan dala surat al-Hujarat ayat 6

ياأيها الذين أمنوا إن جاء كم فاسق بنباء فتبينو أن تصبوا قوما بجهالة قتصبحوا على ما فعلتم
 نادمين (الحجرات: 6)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Q.S. al-Hujarat: 6)

5.  Memberikan peringatan, diterangkan dalam surat az-Zariat ayat 55

وذكر فإن الذكر تنفع المؤمنين (الذاريات:55)

Artinya: Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. az-Zariat: 55)

6. Memberikan petunjuk dan pengarahan, diterangkan dalam surat as-Sajadah ayat 24
وجعلنا منهم أئمة يهدون بأمرنا لما صبرزا وكانوا بأياتنا يوقنون (السجدة: 24)


Artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami (Q.S. as-Sajadah:24)

 Fungsi Pengawasan (Controlling) Menurut Al-Qur’an
1. Pengertian Pengawasan (Controlling)
Dalam setiap bentuk kepemimpinan, maka proses pengawasan atau ar-riqobah merupakan suatu yang harus ada dan harus dilaksanakan. Kegiatan ini untuk meneliti dan memerikasa apakah pelaksanaan tugas-tugas perencanaan betul-betul dikerjakan atau tidak. Hal ini juga untuk mengetahui apakah ada penyimpangan, penyalahgunaan dan kekurangan dalam pelaksanaannya, jika ada maka perlu untuk direvisi. Dengan demikian semua hal tersebut dapat menjadi bukti dan perhatian serta sebagai bahan bagi pimpinan untuk memberikan petunjuk yang tepat pada tahap berikutnya.
Adapun pengertian pengawasan (controlling) dapat dikemukakan sebagai berikut: Pengawasan adalah proses memonitor aktivitas untuk memastikan aktivitas-aktivitas tersebut diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan dan memperbaiki setiap deviasi yang signifikan.12 Dengan kata lain apakah aktivitas itu suadah sesuai rencana atau tidak, jika tidak maka perlu adanya suatu revisi.
Menurut Robinson control sebagai proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk mengetahui apakah individu-individu dan organisasi itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber-sumber secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuannya, dan memberikan koreksi bila tidak tercapai.13
Menurut Johnson control sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi.14 Disini control diartikan sebagai kendali agar performan petugas dan output sesuai rencana.
Henry Fayol mengatakan control consist in verifying whether everything occur in comformity with the plan adopted, the instruction issued and principles estabilished. It has for object to point out weaknesses and errors in order to rectify then and prevent recurrence.15
الرقابة هي التحقيق من أن يحدث يطابق الخطبة المقررة والتعليمات الصادرة والمبادى المعتمدة
Ar-riqobah ialah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.16

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan (controlling) merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud agar tujuan yang ditetapkan tercapai dengan mulus tanpa penyimpangan-penyimpangan yang berarti, dan apabila dalam pelaksanaannya ada penyimpangan atau kekurangan maka diperlukan adanya perencanaan ulang (revisi).
2. Proses Pengawasan (Controlling)
Dalam setiap aktivitas pengawasan ada proses yang harus dilalui untuk mengetahui keefektifan dari suatu rencana dan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan itu telah berhasil. Ahmad Belkaoui memberikan langkah-langkah dalam proses controlling sebagai berikut: 1). Penyusunan tujuan; 2). Penetapan standard; 3). Pengukuran hasil kerja; 4). Perbandingan fakta dengan standard; 5). Tindakan koreksi.17
Hal senada juga diungkapkan Robert J. Mockler bahwa langkah-langkah pokok dalam proses controlling adalah sebagai berikut: menentukan standard dan metode untuk mengukur performa, mengukur performa, apakah sesuai dengan standard an melakukan tindakan perbaikan.18


 Langkah-Langkah Proses Pengawasan

Dalam melaksanakan kontrol yang efektif maka yang pertama-tama dilakukan adalah merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan/lembaga itu. Tujuan ini merupakan motif lembaga didirikan, jika tujuan ini sudah jelas maka perlu ditetapkan ukuran atau standar yang  menjadi patokan ideal dari pekerjaan yang akan dilakukan. Tanpa adanya patokan penyimpangan tidak dapat diukur. Pengukuran standar harus diikuti pengukuran hasil kerja yang dicapai. Adanya patokan dan pengukuran standar sangat perlu untuk mengetahui penyimpangan (varience). Kalau angka penyimpangan sudah diketahui maka barulah dapat melakukan tindakan koreksi.
Dari bagan yang diungkapkan Mockler diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:19
1. Menetapkan standar dan mengukur performa/prestasi kerja
Karena perencanaan merupakan tolak ukur merancang pengawsan, maka langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Akan tetapi karena perencanaan berbeda dalam perincian dan kerumitannya dan manajer tidak dapat mengawasi segalanya, maka harus ditentukan standar khusus. Misalnya standar tentang prestasi kerja.
2. Melakukan pengukuran performa/prestasi kerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur dan mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan, hal ini dimaksudkan agar penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui lebih dahulu.
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Langkah berikutnya adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditentukan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.
4. Mengambil tindakan korektif
Proses pengawasan tidak lengkap, jika tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi.
Berkaitan dengan proses kontrol ada pertanyaan yang mengganjal, sebenarnya apa yang harus dikontrol? Humble mengatakan tiga macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan terhadap karya, kemampuan dan gaji. Robbin mengemukakan empat hal yang perlu dikontrol yaitu kualitas, kuantitas, biaya dan waktu. Mitchell mengatakan bahwa kontrol mencakup segala bagian organisasi mulai dari perencanaan, seleksi personalia, pembinaan personalia, anggaran belanja, penilaian perilaku, cara bekerja sampai dengan efektivitas pemekaian dana.20
3. Pengawasan (Controlling) Menurut Al-Qur’an
Fungsi manajerial pengawasan adalah untuk mengukur dan mengkoreksi kerja bawahan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain sedang dilaksanakan. Dalam konteks ini, implementasi syariah diwujudkan melalui tiga pilar pengawasan, yaitu: 1). Ketaqwaan individu, bahwa seluruh personel perusahaan dipastikan dan dibina agar menjadi manusia yang bertaqwa; 2). Kontrol anggota, dalam suasaana organisasi yang mencerminkan sebuah team maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawasan dari personelnya sesuai dengan arah yang telah ditetapkan; 3). Penerapan/supremasi aturan, organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan transparan dan tidak bertentangan dengan syariah.21
Ar-riqobah atau proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilaksanakan, karena kontrol merupakan pengecekan jalannya planning dalam organisasi guna menghindari kegagalan atau akibat yang lebih buruk.
Mengenai faktor ini al-Qur’an memberikan konsepsi yang tegas agar hal yang bersifat merugikan tidak terjadi. Tekanan al-Qur’an lebih dahulu pada intropeksi, kontrol diri pribadi sebagai pimpinan apakah sudah sejalan dengan pola dan tingkah berdasarkan planning dan program yang telah dirumuskan semula. Setidak-tidaknya menunjukkan sikap yangh simpatik dalm menjalankan tugas, selanjutnya mengadakan pengecekan tau memeriksa kerja anggotanya.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:                       حاسبوا أنفسكم قبل أن بحاسبوا ونوا أعمالكم قبل أن توزن (الحديث)
”Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat atas kerja orang lain”

Al-Qur’an banyak menyebutkan mengenai mengontrol dan mengoreksi kepada diri sendiri dan ancaman bagi yang melanggarnya. Surat at-Tahrim ayat 6 menyebutkan:
ياأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناوا (التحريم: 6 )
Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Q.S. at-Tahrim: 6)

Ayat lain menyatakan mengenai proses pengawasan dan ancaman terhadap orang atau pimpinan yang tidak melaksanakan amanat perencanaan dan program yang telah disepakati. Hal ini diterangkan dalan surat az-Zariat ayat 21 dan surat al-Baqarah ayat 44.
وفى أنفسكم أفلا تبصرون (الذاريت: 21)
Artinya: …. Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan (Q.S. az-Zariat: 21)

اتأمرون الناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون (البقرة: 44)
Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
Sebagai contoh ibadah puasa, kewajiban melaksanakan puasa dari segala makanan dan minuman dan perbuatan yang tidak baik bahkan perbuatan yang tidak berguna merupakan latihan penting untuk membina diri menjadi orang yang memiliki ”inner control” yang kuat. Puasa merupakan ibadah yang mudah sekali dibohongi karena tiada orang yang akan tahu apabila kita menyatakan puasa padalah sebenarnya kita telah meminum segelas air, misalnya di kamar mandi, pada saat tidak ada orang yang melihat. Orang yang benar puasanya tidak akan mau dan berani membatalkan puasanya walaupun tanpa melihat atau diketahui orang lain. Disinilah latihan inner control itu dimantapkan setelah latihan keyakinan lainnya mantap.
Islam mengajarkan agar setiap orang berbuat baik sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya. Dalam Islam diyakini bahwa setiap manusia didampingi oleh dua malaikat yang bernama ”Raqib dan Atid” yang berfungsi sebagai pencatat segala perbuatan manusia dimanapun ia berada baik dilihat maupun tidak dilihat oleh manusia lain, ditempat terang atau gelap, sendiri atau bersama-sama, siang ataupun malam. Semua disaksikan dan dicatat oleh Allah (dengan petugas malaikat tadi) dan nanti akan dipersaksikan dan dipertanggungjawabkan oleh setiap manusia di hadapan Allah. Dalam al-Qur’an surat az-Zukhruf ayat 80 disebutkan:
أم يحسبون أنا لا نسمع سوهم ونجوهم بلى ورسلنا لدسهم يكتبون (الزخرف: 80) 


Artinya: Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka (az-Zukhruf: 80)

وإن عليكم لحفظين. كراما كتبين. يعامون ما تفعلون (الإنفطار: 10- 12) 
Artinya: Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) (10); Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), (11); Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Infithar: 11-12)

Manusia saat itu tidak akan dapat bicara semua anggota badan akan berbicara sendiri tanpa dapat dikontrol oleh pelaku perbuatan. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hijr ayat 92-93
فوربك لنسئلنهم أجمعين. عما كانوا يعملون (الحجر: 92-93)
Artinya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulum (Q.S. al-Hijr: 92-93)


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya
 Echols, M. John dan Hassan Shadily, 1995. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia
 Harahap, Sofyan Syafri.  1992. Akuntansi, Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam. Jakarta: Fe Universitas Trisakti
 Johnson, Ricardh A. et.al, 1973. The Theory and Management of Systems. Tokyo: Hill Kogakusha
 Mahmud Al-Hawary, As Sayyid. 1976. Idarah al Asasul wal Ushulil Ilmiyyah. Kairo. Cet III
 Munir Mursy, Muhammad.  1984. al-Idarah at-Ta’limiyyah Ushuliha wa Tatbighatiha. Kairo: ’Ilmu al-Kitab
 Pidarta, Made.  1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara
 Siagian, Sondang P.  1978. Filsafat Administrasi . Jakarta: Gunung Agung
 Stonner,  A.F James dan Charles Wankel.  1986. Manajemen, Jilid I. Jakarta: Intermedia
 Tanthowi, Jawahir.  1983. Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Husna
 Tunggal, Amin Widjaja.  1993. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Renika Cipta
 Widjajakusuma, M. Karabet dan M. Ismail Yusanto, 2002. Pengantar Manajemen Syaria. Jakarta: Khairul Bayan
 Yunus, Mahmud. 1990. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya
 Yusanto, M. Ismail dan M. Karebet Widjajakusuma, 2003. Manajemen Stategis Perspektif Syariah. Jakarta: Khirul Bayan









1 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1995), Hlm: 372
2 Alex Gunur Sebagaimana Dikutip Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm: 9
3 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya, 1990), hlm 37
4 James Stonner A.F dan Charles Wankel, Manajemen, Jilid I (Jakarta: Intermedia, 1986)
5 Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm: 10

6 As Sayyid Mahmud Al-Hawary, Idarah al Asasul wal Ushulil Ilmiyyah, (Kairo: 1976), Cet III, hlm: 570
7 Muhammad Munir Mursy, al-Idarah at-Ta’limiyyah Ushuliha wa Tatbighatiha (Kairo: ’Ilmu al-Kitab, 1984), hlm: 15
8 Kadarman et.al, dalam M. Kareber W dan M. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syari’at (Jakarta: Kairul Bayan, 2002), hlm: 14
9 Jawahir Tanthowi, loc.cit, hlm: 58-59
10 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi (Jakarta: Gunung Agung, 1978), 39-41
11 Jawahir Tanthowi, op.cit, hlm: 58-59

12 Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Renika Cipta, 1993), hlm: 343
13 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm: 168
14 Ricardh A. Johnson et.al, The Theory and Management of Systems (Tokyo: Hill Kogakusha, 1973), hlm: 74
15 Henry Fayol sebagaimana dikutip Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi, Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam (Jakarta: Fe Universitas Trisakti, 1992), hlm: 78
16 As Sayyid Mahmud Al-Hawary, Idarah al Asasul wal Ushulil Ilmiyyah (Kairo: 1976), Cet III, hlm: 189
17 Ahmad Belkaoui sebagaiman dikutip Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi, Pengawasan dan Manajemen dalam Perspektif Islam (Jakarta: Fe Universitas Trisakti, 1992), hlm: 82
18 Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Renika Cipta, 1993), hlm: 343
19 M. Karabet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariat (Jakarta: Khairul Bayan, 2002), hlm: 203-205
20 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm: 172
21 M. Ismail Yusanto Dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Stategis Perspektif Syariah (Jakarta: Khirul Bayan, 2003), hlm: 148

Tidak ada komentar:

Posting Komentar